pertama, saya ingin anda membaca tulisan saya dengan teliti. saya tidak ingin -- bukan karena takut -- ada kesalahpahaman yang membuat anda gagal menangkap esensi dari apa yang saya tuliskan.
dan, rasanya ada satu hal yang perlu saya umumkan. mengingat banyak sekali orang yang mengira dirinya lebih saleh dari yang lain, yang dengan kasar menyiram air dingin penilaian kepada yang lain. semoga Allah mengampuni mereka. semoga Allah mengampuni saya juga..
saya bukanlah seorang Atheis, bukan juga Agnostik
Islam dan Islamismepenting untuk membedakan dua hal diatas sebagai dua landasan berpikir yang berbeda. anda mungkin pernah dengar tentang berita murni dan berita yang sudah diinterpretasikan oleh orang lain. berita murni adalah berita yang
an sich dan apa adanya karena kita mengetahuinya dari sumber beritanya langsung, sedang berita terinterpretasi adalah berita yang sudah diberi interpretasi oleh orang lain.
sebagai contoh:
berita murni (bm): anak itu memukul ayahnya sendiri.
berita terinterpretasi (bt): anak durhaka itu memukul ayahnya yang sudah tua.
dua berita diatas menyampaiakan peristiwa yang sama, namun dengan cara yang berbeda. bm disajikan apa adanya tanpa menambahkan pandangan penyampai berita, sedang bt sudah dibubuhi pendapat dari penyampai berita sehingga terkadang mengubah esensi berita itu sendiri. tapi yang terpenting bukan itu, bt juga terkadang memaksakan satu interpretasi tertentu. padahal interpretasi tersebut belum tentu sesuai dengan fakta. misalkan pada kasus anak yang memukul ayahnya seperti contoh diatas. dalam bt, disebutkan bahwa anak tersebut adalah anak yang durhaka. jangan terburu-buru bung! jika si penyampai bt hanya menyaksikan peristiwa pemukulannya saja, maka interpretasinya bisa jadi keliru. misal, ternyata sebelum ia memukul ayahnya, ayahnya itu kedapatan memukuli ibunya hanya karena si ibu bertanya kemana saja ayahnya itu tadi malam. apa anda masih berpikir kalau si anak adalah anak durhaka??
dalam kasus Islam dan Islamisme, Islam adalah berita murni sedang Islamisme adalah berita terinterpretasi. Islam adalah Islam itu sendiri. yang mempunyai tujuan sebegitu mulia. sedang Islamisme adalah ide-ide tentang islam dari manusia. eits, tunggu dulu. saya tidak sedang bilang kalau Islamisme itu sesuatu buruk. anda boleh saja mengemukakan ide-ide anda tentang agama, namun jangan anda kemudian mengatasnamakan agama dan menyatakan diri bahwa interpretasi anda tentang agama lah yang paling benar. sedang yang lain harus mengikuti interpretasi anda jika tidak ingin dibilang "kafir".
sialnya, para penggiat agama -- saya tidak ingin terburu-buru menyebut mereka sebagai ahli -- sekarang ini sering memaksakan sati interpretasi saja kepada masyarakat luas. permasalahan bid'ah contohnya. contoh lainnya adalah konsep negara Islam dan Demokrasi. beberapa gerakan berasaskan Islam -- yang saya tidak ingin menyebutkan "merek"nya -- menolak konsep demokrasi demi mewujudkan -- atau jangan-jangan memaksakan -- negara Islam. dengan dalih bahwa demokrasi adalah sistem barat dan hanya buatan manusia. akhirnya orang-orang yang menolak interpretasi mereka (gerakan islam yang menolak demokrasi) disebut sebagai muslim yang tidak kaffah dalam menjalankan Islam. hal ini menunjukkan betapa gerakan Islam yang tidak mengakui demokrasi dan memaksakan konsep negara Islam sebagai pihak yang memaksakan satu interpretasi saja kepada masyarakat. padahal di Al-qur'an tidak pernah ada ayat yang menyebutkan bahwa demokrasi harus ditolak karena hanya buatan manusia.
lebih jauh seorang Moammar Qadaffi pernah menolak tingkat keshahihan hadist-hadist. "mari kita tak usah menerimatingkat keshahihan hadist dan menerima hadist apabila hadist tersebut sesuai dengan Al-qur'an." ujarnya. alasan Moammar Qadaffi cukup masuk akal. ia berpendapat bahwa kemungkinan tingkat keshahihan dapat dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politis.
pada kasus yang saya hadapi sendiri adalah ketika saya terlibat perdebatan tentang masuknya tokoh penjahat kemanusiaan Jend. Soeharto dalam iklan "partai dakwah" -- merek tidak saya sebutkan. ketika saya sedang berapi-api menerangkan kejahatan Soeharto di Tanjung Priok, ia dengan enteng menjawab "Kita harus memaafkan" lalu keluarlah dalil-dalil dari mulutnya tentang Islam dan keharusan memaafkan -- yang saking banyaknya, saya sampai lupa. nah, dalil-dalil itu dikeluarkan olehnya dalam rangka membela perspektif "partai dakwah"nya. maka saya tanpa ragu-ragu menyebut bahwa dalil-dalil tersebut disampaikan dalam rangka menyampaikan interpretasinya sendiri. sebenarnya saya dan mulut lancang saya bisa saja menjawab bahwa memaafkan bukan berarti harus memasukkan si brengsek itu ke dalam iklan politik murahan macam begitu!
Meributkan Ketuhanansuatu hari saya terlibat satu perdebatan didepan Musolah kampus. saya mengutip sebuah ayat bahwa manusia itu diharuskan belajar dan menimba ilmu. saat itu saya ingin lawan debat saya jangan hanya mempelajari Al-qur'an semata, tapi juga sumber-sumber ilmu yang lain. kemudian ia menyebutkan bahwa ayat yang saya kutip itu kurang. ada hal transendental yang tidak saya tambahkan, yaitu kalimat terakhir ayat yang berbunyi "dengan izin Allah". nah, saya tidak ingin bilang bahwa kawan saya itu salah. saya hanya ingin bilang kalau hal-hal transendental macam itu ada baiknya kalau tidak diributkan di kalangan masyarakat luas. sebagai misal ketika ingin membuat satu undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi. maka yang menjadi alasan adalah moralitas, bukan karena pornografi Pornoaksi dilarang oleh agama dan tidak disenangi oleh Allah. hal-hal transendental yang kita percayai tidak dapat begitu saja dipercayai oleh orang lain. oleh karena itu, seperti yang sudah saya bilang, ada baiknya kalau hal tersebut tidak dijadikan sumber kekisruhan yang baru. Rasulullah Muhammad pun lebih suka menggunakan dalil Aqliya (yang berdasarkan logika rasionalitas) ketimbang Naqliyah (kitab textual)
Jebakan Simbolsaat undang-undang APP (Anti Pornografi dan Pornoaksi) akan disahkan, gerakan Islam ramai-ramai turun kejalan untuk mendukung dan memaksa pemerintah tidak lagi menunda-nunda. namun ketika SKB 4 menteri tentang buruh akan ditetapkan, sepengetahuan saya, tak ada jilbaber militan atau aktivis musolah yang turun ke jalan. tidak ada gerakan Islam yang biasanya vokal. hanya serikat buruh dan sedikit mahasiswa beraliran kiri.
barangkali gerakan-gerakan Islam takut pola perjuangannya menjadi sama dengan gerakan-gerakan kiri. atau barangkali gerakan-gerakan Islam memnganggap kalau fenomena tersebut tidak terlalu penting untuk dikritisi karena tidak bersentuhan langsung dengan tema agama. entahlah.. yang jelas saya kecewa.
yang saya takutkan adalah gerakan-gerakan Islam batang hidungnya tidak muncul untuk menentang SKB 4 menteri tentang perburuhan karena mereeka terjebak simbol perjuangan. bahwa buruh adalah simbol perjuangan para sosialis sehingga tidak perlu dibela. padahal, bukankah kebanyakan buruh juga seorang muslim!? bukankah keadilah dan kemanusiaan juga seharusnya diperjuangkan oleh geraka Islam?
akhirnya, kita akan menyimpulkan tiga hal penting lewat tulisan saya ini.
pertama, jangan paksakan satu interpretasi tentang Islam pada masyarakat luas. karena kebenaran adalah sesuatu yang sifatnya monolitik.
kedua, jangan paksakan pandangan transendental yang anda yakini pada pihak lain. karena hal tersebut akan membuat kemajuan menjadi
mandeg dan kita akan terjebak pada satu lubang dalam waktu yang lama. kesadaran transendental adalah murni kesadaran individu yang justru akan menjadi cacat bila dipaksakan.
ketiga, simbol memang penting, namun jangan terpaku pada simbol tersebut. karena esensi agama Islam itu luas dan tidak dapat dikurung oleh simbol apapun!
Azhar Irfansyah