saya duduk di bagian tengah Kaffe. malam itu cukup ramai. saya sebenarnya tidak begitu suka duduk di bagian tengah. terlalu terekspos!! bagaimana lagi.. kaffe penuh! cuma meja tengah yang kosong.
segelas kopi didepan sudah hampir tumpas. hanya butuh waktu kurang-lebih lima belas menit untuk menandaskan amputjino pesananku sampai hampir ke dasar gelas. saya masih ingin berlama-lama di kaffe.
ah, saya jadi teringat malam dimana saya dikejutkan oleh teman saya yang menurut saya frame berpikirnya agak aneh. terlalu dangkal dan simbolik! suatu hari di sebuah kaffe (yang bukan kaffe yang sedang saya ceritakan sekarang) ia membuat saya terkejut dengan berujar girang (entah darimana ia mendapat perasaan girang..!?) "ha..! ngaku-ngaku sosialis tapi nongkrongnya di kaffe!" ujarnya setengah berteriak. bah! saya tidak menjawab. malas meladeni.
mungkin maksud teman saya yang aneh itu adalah bahwa dengan saya nongkrong di kaffe berarti saya melestarikan penindasan. tentu saja penindasan yang dimaksud adalah penindasan a la kapitalisme dalam perspektif Karl Marx.. tapi, kalau semua hal dikait-kaitkan dengan penindasan, lebih baik tinggal di hutan dan menjadi tarzan saja sana!
bisa jadi itu membuktikan kalau saya bukanlah sosialis yang fanatik.. sekadar mengutip kata-kata Marx sendiri "sejauh yang saya tahu, saya bukanlah seorang Marxis!"
yah,.. saya ke kaffe agar terlihat lebih manusiawi. lagipula saya suka ke kaffe. kaffe bagi saya adalah tempat berkontemplasi yang bagus. perenungan sebelum kata-kata biasanya terjadi saat saya di kaffe atau toilet. saya kan tidak mungkin berlama-lama merenung di toilet. takut kesambet! makanya saya suka ke kaffe.
dan pula saya tergila-gila dengan kopi. sejak SD saya sudah suka kopi!
terlepas dari teman saya yang aneh itu, ternyata ada untungnya juga duduk di bagian tengah kaffe. dari situ saya bisa melihat wanita-wanita yang kebetulan juga sedang nongkrong di kaffe. nah, nah.. yang di pojok itu lumayan juga. kelihatannya sedang sibuk dengan laptopnya. ah! tapi dia merokok.. jangan salah paham, saya bukannya tidak tertarik dengan wanita merokok karena alsan moralitas. saya cuma tidak mau kalau dia nanti menyusui anak saya sambil mengepulkan asap rokok! kan bahaya buat anak saya!
wanita yang lain posisinya langsung diseberang depan meja saya. yang ini lebih manis dari wanita perokok tadi. posisi duduk laki-laki yang satu meja dengannya (saya tidak ingin terburu-buru menyebut laki-laki itu pacarnya) memunggungi saya, jadi saya tidak takut-takut untuk melemparkan satu-dua-tiga layang pandang. eh,.. dasar sial! yang dipandangi sadar ada yang sedari tadi memandangi. jadi mulailah wanita itu menatap saya dengan tatapan tidak suka! saya langsung pura-pura ngetik. my laptop save my life!
amputjino di hadapan kini sudah sepenuhnya tumpas sampai tinggal ampas. tapi saya masih ingin berlama-lama di kaffe. lagipula ketimbang pulang, lebih baik memanfaatkan fasilitas Wi-Fi yang disediakan kaffe dengan cuma-cuma. saat sedang asyik-asyiknya membaca Catatan Pinggirannya Goenawan Muhammad lewat Tempo Interaktif. dari kejauhan seorang wanita melangkah elok. kelihatannya ia bakal ke meja saya! Dag Dig Dug Dag Dig Dug..
wanita nan cantik gemilang tadi semakin dekat. pastilah dia ke meja saya! tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di bibir meja. saya perhatikan wajahnya.. siapa? teman kuliah? bukan.. teman organisasi? bukan.. jangan-jangan teman lama? ah,.. apa iya..? tiga langkah lagi.. pastilah ia ke meja saya!
siapa?
sampai di meja saya, dia langsung berujar "gelasnya saya ambil ya!" dengan nada mengusir. bukan main ketusnya..! asem! ternyata dia itu salah satu barista. barangkali orang baru (saya agak sering ke kaffe itu! tapi tidak pernah melihat nona barista yang "mengusir" saya ini). lagipula posisi duduk saya membelakangi meja barista. jadi,.. mungkin saya tidak melihat saat ada ganti shift. barista di kaffe tersebut juga tidak mengenakan seragam khusus.. jadi kadang sulit membedakan. mana barista, mana pelanggan.
jadi, sejurus kemudian, saya melipat laptop saya, membayar (saat membayar pun si nona barista tidak tersenyum! huh,.. barangkali lagi dapet!), lalu segera pulang.. kapan-kapan, saya akan mampir lagi ke kaffe itu. siapa tau si nona barista nan cantik gemilang itu sedang murah senyum!
Azhar Irfansyah, Jogja penghujung tahun 2008
1 komentar:
sukur!
Posting Komentar