Oo.. betapa romansa itu abadi!
seburuk apapun kisahnya..
Melati dari Jayagiri
kuterawang keindahan kenangan
hari-hari lalu di mataku
tatapan yang lembut dan penuh kasih
Namun mimpi memang ironi dalam hubungannya dengan kenyataan.
Seperti semburat oranye di ufuk barat sebelum gelap datang, kenangan adalah siksaan batin tentang gambaran yang tak pernah terulang..
tapi aku justru ingin pulang pada kenangan itu..
Kuingat di malam itu
kau beri daku senyum kedamaian
hati yang teduh dalam dekapan
dan kau biarkan kukecup bibirmu
Kulihat dirimu sendiri ditepian kehidupan.. kuulurkan tangan, tapi bukan aku yang kau tunggu..
Kau bilang kau sedang menunggu laki-laki yang datang bersama cahaya warna-warni.
Betapa setia kau dalam gelap pekat..
Tapi bagaimana..? yang datang hanya aku.. hanya aku!
Kau hanya tersenyum..
Kau bilang kau sedang menunggu laki-laki yang datang bersama cahaya warna-warni.
Mentari kelak kan tenggelam
gelap kan datang
dingin mencekam
harapanku bintang kan terang
memberi sinar dalam hatiku
Harusnya tak usah kau berikan padaku senyummu yang berpendar-pendar diantara cahaya itu.
Harusnya kau tuangkan air comberan beracun ke dalam gelasku!
Biarkan aku mejadi manusia tanpa kisah cinta samasekali!
Betapa kenangan itu seperti segelas racun cemara,..
sekarang pun aku menggelepar.
Kuingat di malam itu
kau beri daku senyum kedamaian
mungkinkah akan tinggal kenangan
jawabnya tertiup di angin lalu
Kukira aku memang tak akan bisa berdamai dengan kenangan..
Duh, andai sore itu abadi!
Tak Ada Melati di Jayagiri.. ekosistemnya tak memungkinkan..
Melati itu pernah ada dipelupuk mataku,.. sampai sekarang pun masih ada.
Sekalipun hampir layu!
aku sungguh-sungguh ingin pulang pada kenangan itu..
NB: paragraf yang dicetak miring adalah kutipan lagu
"Melati di Jayagiri" karya Iwan Abdurrahman
Multatuli III, Jogja 2008
"Melati di Jayagiri" karya Iwan Abdurrahman
Multatuli III, Jogja 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar