Saya tidak bermaksud menafikkan fungsi panca-indera manusia buatan Allah yang mengagumkan. Saya hanya ingin berpendapat bahwa terkadang kita tertipu dan mengambil asumsi yang keliru saat terlalu yakin pada apa tertangkap oleh panca-indera. kita ditipu oleh panca-indera kita!
Makanya (terkadang) saya cenderung lebih percaya pada rasionalitas. Sekalipun begitu, rasionalitas tetap membutuhkan panca-indera.
Untuk membuktikan bahwa faham empirisme ini lemah, saya akan mendemonstrasikan kelemahan empirisme lewat satu kasus.
contoh kasus : belalang yang tuli.
kisah ini bukan buatan saya, saya cuma mengaitkannya dengan tema yang sedang saya bahas sekarang.
Suatu hari, seorang peneliti meneliti seekor belalang. maka dimulailah penelitiannya itu. ia kemudian meneriakkan "lompat!" kepada seekor belalang. Belalang kemudian melompat jauh. Untuk melanjutkan penelitian ke langkah berikut, peneliti lalu memutuskan salah satu kaki belakang belalang (belalang yang malang..). kemudian si peneliti lagi-lagi memerintahkan belalang untuk melompat dengan teriakan. "lompat!!" teriak peneliti itu. belalang melompat, tapi butuh waktu agak lama, lompatannya pun tidak sejauh lompatan pertama. peneliti mengerutkan dahi, ia mulai menemukan satu pola! Untuk membuktikan hipotesanya, ia kemudian memutuskan kaki belakang belalang yang terakhir (cukup sudah! laporkan si brengsek ini ke WWF!). Ditaruhlah si belalang yang malang itu ke tanah. "Lompat!!" teriak si peneliti pada belalang. eh,.. belalang tidak bergerak sama sekali. "Lompat!!!!!" teriak peneliti lebih keras lagi. Belalang tidak bergeming. Peneliti tersenyum.. Hipotesanya terbukti sudah..
"Ternyata, kalau kedua kakinya diputuskan, belalang menjadi TULI sehingga tidak bisa merespons perintah saya!" begitulah hipotesa si peneliti..
anda tidak perlu secerdas Einstein atau lulus dari Harvard untuk tahu bahwa peneliti ini menghasilkan hipotesa ngawur..
hipotesa peneliti menjadi sedemikian ngawur karena peneliti hanya mengandalkan pengalaman indrawinya. Jika si peneliti berpikir dengan akalnya dan mencoba mengaitkan hubungan sebab-akibat buntungnya belalang dan respons belalang yang menjadi lamban atau bahkan tidak lagi merespons, maka akan ditemukan jawaban yang lebih baik.
Jadi, panca-indera saja tidak cukup. manusia juga harus menggunakan akal pikirannya dalam berdialektika. Lagipula, faham empirisme juga keliru ketika menyatakan bahwa manusia secara fitrah tidak memilki bekal pengetahuan. hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan dimuat di proceeding of the nation of the national academy of sciences membuktikan bahwa manusia sudah bisa berhitung sejak bayi. Ya,.. saya tidak salah tulis.. SE-JAK BA-YI! Bayi yang diuji kemampuan matematikanya baru berumur tujuh bulan. Itu membuktikan bahwa ilmu sudah menjadi fitrah manusia, berlawanan dengan pendapat empirisme.
Jadi, marilah kita melihat, mendengar, mengendus, meraba, mengecap.. LALU BERPIKIR!
Azhar Irfansyah, Jogja menjelang 2009


5 komentar:
Ditipu empirisme Semu
kalau kata2 seperti itu berarti empirisme ada yang nggak semu dong, padahal dalam alirannya Hume, empirisme kan ...
heheheheh gak ada bos! human is a bundle of perceptions kata dia.
nah enaknya nonton animatrix dong, ngikutin logikanya Karl Popper, ada satu bagian yang intinya menjelaskan preposisi-preposisi popper dengan cara yang jauh lebih menyenangkan.
eh Zar, ayo gimana bisnis kita, minimal kontribusi2 untuk Redhouse Window, nanti tak share accountnya (bisa) ini bintang Timur tak akuisisi aja ya... heheheheh bercanda. (baca pesanku juga di gadis SPG untuk mendapatkan pesan soal bisnis kaus)
hidup para marxists yang sebenarnya freudian (kayak kita heheheh)
kalau baca pesan ini, hubungi aku ya = YM an aja, aeroxenon@yahoo.com, jangan lupa di add.
perdebatan antara empirisme dan rasionalisme memang bukan perdebatan yang baru. sebenarnya sudah sejak abad ke-14, perdebatan ini berlangsung. pada awalnya, dua paham ini hanya dianggap sebagai metode dalam menemukan kebenaran. namun, akhirnya menjadi sebuah aliran ketika tidak ada yang bisa menandingi keduanya.
saya melihat konflik kedua aliran ini sebagai konflik yang luar biasa. saya katakan demikian karena kedua aliran ini adalah pioner dalam hal pemikiran. keduanya pun tidak dapat menemukan titik temu.
mungkin agak terlalu cepat jika saya tiba-tiba mengungkapkan pemikiran Imanuel Kant. karena dialah yang mampu melerai perdebatan yang terjadi. lewat pemikirannya dalam Kritik atas Rasio Murni (saya tidak tau bahasa jermannya apa), Kant mencoba mempertemukan keduanya dalam satu ruang dialog. ia menekankan bahwa untuk mencapai sebuah kebenaran yang teguh, tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan satu aliran saja, empirisme atau rasionalisme. namun, keduanya harus saling mengisi.
kebenaran memilki sumber yang berada di luar diri manusia. untuk dapat menangkap objek kebenaran tersebut, cara yang dipakai dalah dengan empirisme. selanjutnya kebaran yang dicerap tersebut membutuhkan peran rasio untuk memgolah kebenaran tersebut. setelah proses tersebut berlangsung, maka akan memunculkan kebenaran yang mewakili, yaitu pengetahuan.
apa yang kita bicarakan sebenarnya merupakan bagian dari epistemologi zaman modern. yang mencoba lepas dari kungkungan abad pertengahan. dan anhirnya, tesis yang dikemukakan Kant masih sangat relevan diperbincangkan hingga saat ini.
ok. mungkin sebatasseperti itu yang bisa saya sumbangkan. semoga bisa menjadi awal perbincangan yang lebih mendalam.
di banyak kasus, kita emang butuh banyak sudut pandang untuk menghasilkan deduksi yang dibutuhkan. melihat masalah hanya dari satu sudut pandang hanya akan menghasilkan teori dangkal.
makanya, empirisme punya kelemahan, tapi rasionalisme juga punya kelemahan.
ah iya..
"ditipu empirisme semu" ini bacanya enak zar, banyak ilmu yang ga pelit di bagi, menghasilkan "ooooohh" panjang setelah selesai baca. dan yang jelas, rasa analisisnya manteb zar.
coba sedikit naru kutipan dari seorang temen zar:
sudut itu ada 90, melihat dari satu sudut dan mengambil kesimpulan darinya, merupakan kerugian yang tidak terkira. (hehehe..tolong jangan dibahas lebih lanjut kecuali kalau emang pengen tahu ya zar..soalnya itu bahan presentasi akhir semester kuliah aljabar linier gw zar..butuh dua jam kuliah kalo mau dibahas panjangXlebarXtinggi)
o iya...
mo request ya zar?
sepengeliatan ane, "bintang timur" ini kurang sarana untuk interaksi ya? baik itu write-reader ataupun reader-reader..
gimana kalo ambil widget-widget shoutout box zar?
tulisan-tulisan disini punya potensi memicu forum panjang lho.
sama satu lagi,
tab yang berderet di sebelah kiri itu agak menyakitkan mata yah..maksudnya gada batas yang keliatan misahin kategori-kategorinya..edit dikit gimana?hehehe
==================================
aku untuk indonesiaku
+junda IA+
Posting Komentar